Menghitung Peluang Suzuki XL7 di Pasar Low-SUV Domestik

Strategi Suzuki Indonesia dengan pricing XL7 yang sangat kompetitif alias di bawah harga rata-rata rivalnya sesama pabrikan Jepang, cukup mengejutkan persaingan di segmen Low-SUV (L-SUV) nasional. Rentang harga XL7 yang berkisar antara Rp 230 juta – Rp 267 juta bahkan boleh dibilang setara dengan produk-produk SUV merek Cina yang dikenal lebih murah dibanding para pesaingnya. Seberapa besar peluang XL7?

BestCar Indonesia – Terlepas dari ‘gimmick’ pemasaran lewat tagline ‘New Extraordinary SUV’, strategi Suzuki Indonesia dengan seting harga (pricing) XL7 yang sangat kompetitif alias di bawah harga rata-rata rivalnya dari sesama pabrikan Jepang, cukup mengejutkan persaingan di segmen Low-SUV (L-SUV) nasional. Rentang harga XL7 yang dipatok Suzuki Indonesia bahkan boleh dibilang setara dengan produk-produk SUV merek Cina yang dikenal lebih murah dibanding para pesaingnya.

Dengan pricing di kisaran Rp 230 juta – Rp 267 juta, banderol Suzuki XL7 menjadi yang paling murah kedua setelah Daihatsu Terios (di kisaran Rp208 – 263 juta) di pasar Low-SUV 1.5L 7-seater merek Jepang. Jelas cukup kompetitif, mengingat ketatnya persaingan di pasar Low-SUV 1.5L 7-seater domestik. Lebih-lebih ada ‘sang raja’ Toyota Rush yang banderol harganya tak terpaut jauh, yaitu di rentang Rp251.65 – 273.05 juta.

Harga Suzuki XL7 (On-the-road, Jakarta)

Varian/TipeHarga
XL7 ZETA M/TRp230.000.000
XL7 ZETA A/TRp240.500.000
XL7 BETA M/TRp246.500.000
XL7 BETA A/TRp257.000.000
XL7 ALPHA M/TRp256.500.000
XL7 ALPHA A/TRp267.000.000

 Di atas kertas, banderol ‘murah’ yang dipatok Suzuki untuk XL7 tampaknya bakal lebih berpengaruh terhadap rival lainnya di luar ‘duo’ Rush-Terios. Salah satunya adalah Honda BR-V yang merupakan versi SUV dari Honda Mobilio. Tipe termurah S MT saja dibanderol nyaris Rp 250 juta (Rp 248,9 juta, tepatnya), sementara tiga trim lain di atasnya berkisar dari Rp 264,2 juta hingga Rp 291,3 juta untuk tipe tertinggi Prestige bertransmisi otomatis. Bandingkan dengan harga tipe menengah XL7 (Beta MT dan Beta AT) yang hanya dipatok Rp 246,5 juta dan Rp 257 juta.  

Di sisi lain, performa penjualan Honda BR-V juga memperlihatkan tren yang semakin memburuk sejak kemunculan duo Rush-Terios pada 2018 silam. Data yang dikompilasi dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan, sepanjang tahun 2019 saja Honda BR-V hanya mampu membukukan penjualan 4.071 unit atau hanya laku sekitar 340 unit per bulan. Jumlah ini terpaut jauh dengan penjualan Toyota Rush yang mencapai 61.659 unit sepanjang tahun lalu atau rata-rata sekitar 5.138 unit per bulan. Begitu pula jika dibandingkan dengan penjualan Daihatsu Terios yang mencapai angka 22.960 unit sepanjang tahun 2019 atau rata-rata sekitar 1.913 unit per bulan.

Bagaimana dengan Mitsubishi Xpander Cross yang juga datang belakangan pada November tahun lalu? Dari sisi harga, Low-SUV yang berbasis MPV 7-seater Mitsubishi Xpander ini juga jauh di atas Suzuki XL7. Tipe terendah Xpander Cross bertransmisi manual saja dipatok Rp 270,7 juta atau lebih mahal dari tipe tertinggi XL7 Alpha bertransmisi otomatis yang banderolnya Rp 267 juta. Sementara Xpander Cross tipe tertinggi ‘Premium Package’ bertransmisi otomatis 4-speed dibanderol Rp 289,7 juta.

Performa penjualan Xpander Cross sendiri memang belum teruji, namun trennya justru memperlihatkan adanya penurunan dari 2.121 unit pada Desember 2019 menjadi 1.812 unit pada Januari 2020. Jadi secara total, sejak launching hingga Januari 2020 baru 3.933 unit Xpander Cross yang terjual. Bukan angka yang spektakuler, memang. Apalagi kini Xpander Cross harus berbagi ‘kue’ lagi dengan rival baru dari Suzuki yang dari sisi harga, tampilan, dan fiturnya juga mampu bersaing.

Di luar merek Jepang, persaingan cukup ketat yang harus dihadapi Suzuki XL7 di pasar Low-SUV 7-seater sebetulnya justru datang dari merek asal Cina. Setidaknya ada Wuling dan DFSK, dan keduanya dikenal sebagai merek yang menyodorkan model dengan harga lebih murah dan tak pelit fitur dibanding para pesaingnya asal Jepang dan Korea. Wuling kini bahkan tercatat sebagai brand dengan pertumbuhan tertinggi dan tercepat di pasar mobil nasional, menggapai penjualan lebih dari 40.000 unit dalam waktu hanya 2,5 tahun – sekitar 49% berasal dari penjualan SUV andalannya, Almaz. Sementara DFSK yang fokus pada model-model SUV juga tak bisa dianggap enteng, meski pertumbuhannya masih merangkak.

Jika dilihat dari sisi harga, banderol Suzuki XL7 boleh dibilang setara dengan harga Low-SUV pabrikan asal Cina, terutama DFSK Glory 560 7-seater yang kisaran harganya Rp 226,5 juta – Rp 246,5 juta. Range harga yang ditawarkan Suzuki XL7 tentu saja jauh lebih murah dari DFSK Glory 580 7-seater yang kisaran harganya Rp 289 juta – Rp 315 juta yangmemang diposisikan di atas Glory 560. Begitu pula jika dibandingkan dengan banderol Wuling Almaz yang ditawarkan dengan kisaran harga Rp 263 juta – Rp 338,8 juta.

Berhadapan dengan merek Cina, Suzuki XL7 memiliki keunggulan dalam soal persepsi konsumen. Kendati begitu, hal ini juga tak dapat dijadikan patokan, mengingat model-model dari brand asal Cina belakangan ini jauh lebih bisa diterima konsumen Tanah Air. Strategi mereka bermain dengan harga sangat kompetitif plus kelengkapan fitur dan dibarengi upaya ekstra dalam percepatan perluasan jaringan aftersales, terbukti membuahkan hasil. Lihat saja model-model Low-SUV 7-seater asal Cina seperti Wuling Almaz, DFSK Glory 560 dan 580 yang mengusung mesin 1,5-liter turbocharged plus sederet fitur kenyamanan dan safety sekelas SUV medium.

Perbandingan Harga Antar Brand/model L-SUV 1.5L 7-seater

Brand/ModelKisaran Harga (on-the-road, Jakarta)
Suzuki XL7Rp 230 juta – Rp 267 juta
Toyota RushRp 251,65 – 273,05 juta
Daihatsu Terios Rp 208,3 – 262,9 juta
Mitsubishi Xpander CrossRp 270,7 – 289,7 juta
Honda BR-V Rp 248,9 – 291,3 juta
Wuling AlmazRp 263 juta – Rp 338,8 juta
DFSK Glory 560 7-seater   Rp 226,5 juta – Rp 246,5 juta
DFSK Glory 580 7-seater Rp 289 juta – Rp 315 juta

Dari sisi produk, Suzuki XL7 yang hadir belakangan sebetulnya juga tak kalah. XL7 memiliki tampilan eksterior yang menarik, dengan sejumlah fitur kenyamanan dan keselamatan (safety) yang setara bahkan lebih dari para pesaingnya sesama pabrikan asal Jepang. Lihat saja desain eksteriornya yang gagah lewat muscular sweeping cross bar-front chrome grille design, bold LED headlamp with DRL, dan roof rail.

Di bagian dalam kabin, interior Suzuki XL7 tampil dengan dominasi warna hitam yang sporty dan armrest pada baris pertama serta kedua. Selain itu, terdapat juga audio system touch screen 8 inci, carbon fibered pattern dashboard, ventilated cup holder, serta tampilan Multi Information Display (MID)yang modern.

Suzuki XL7 juga dibekali fitur-fitur canggih seperti smart e-mirror yang merupakan spion tengah dengan fungsi untuk merekam kejadian pada sisi depan maupun sisi belakang mobil secara langsung, lalu keyless push start stop button, AC digital auto climate with heater serta power outlet hingga baris ketiga. Sementara sektor keselamatan (safety) XL7 didukung fitur ABS & ABD, dual SRS airbag, ISOFIX, Hill Hold Control (HHC), Electronic Stability Programme (ESP), sensor parkir, kamera belakang, serta kunci immobilizer. Low-SUV andalan Suzuki ini juga berbasis platform HEARTECT yang membuat kendaraan jauh lebih ringan namun tetap kokoh dan meningkatkan performa berkendara serta efisiensi bahan bakar.

Jadi Backbone Baru?

Tak seperti kebanyakan produk Suzuki lainnya yang diimpor dari luar, XL7 berbasis Suzuki Ertiga yang notabene diproduksi di Indonesia. Faktor inilah yang antara lain membuat harganya bisa kompetitif. Dan dengan begitu, cukup besar pula peluang Suzuki XL7 untuk menjadi tulang punggung (backbone) baru PT SIS, selain Suzuki Ertiga dan New Carry.

Saat ini Suzuki Ertiga dan New Carry masih menjadi tulang punggung penjualan Suzuki di Indonesia. Pada 2019 lalu, total penjualan ritel kendaraan roda empat Suzuki mencatatkan angka 102.865 unit, dengan kontribusi terbesar berasal dari New Carry (54.943 unit) dan All New  Ertiga (26.377 unit). Kendati demikian, data wholesales dari GAIKINDO menunjukkan distribusi Ertiga secara keseluruhan mengalami penurunan dari 32.592 unit yang terkirim dari pabrik ke diler sepanjang , 2018 menjadi hanya 24.549 unit di tahun 2019.

Tak heran jika PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) merasa optimis dengan target penjualan XL7 sebanyak 2.000 unit setiap bulannya. “Market share XL7 kami targetkan di 20% atau secara kuantitas sekitar 2.000 unit per bulan,” kata Donny Saputra, 4W Marketing Director PT SIS di sela acara launching global Suzuki XL7 di Taman Mini (TMII), Jakarta, Sabtu lalu (15/02/2020).

Angka target penjualan sebanyak 2.000 unit per bulan yang dipatok Suzuki tidak terlalu muluk sebetulnya, namun cukup menggambarkan optimisme pabrikan berlogo S itu untuk merebut porsi ‘kue’ di pasar L-SUV 7-seater domestik. Sebagai pembanding, Daihatsu Terios dan Mitsubishi Xpander Cross juga bermain di kisaran angka tersebut.

Untuk tahap pertama, kata Donny, Suzuki XL7 akan menyasar konsumen di wilayah perkotaan, terutama Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek). Tahap berikutnya baru mulai menyebar di Jawa, Sumatera, dan Indonesia Timur. “Secara umum, penyebaran di segmen untuk XL7 hampir sama dengan penyebaran Ertiga. Wilayah Jabodetabek sendiri bakal menyerap kira-kira di angka 30 persen, dan sisanya baru tersebar di luar wilayah itu,” papar Donny.

Namun, President Director PT SIS Seiji Itayama menegaskan bahwa target konsumen XL7 pada dasarnya berbeda dengan Ertiga, meski keduanya berbasis platform dan engine yang sama. Artinya, secara strategi Suzuki memang membedakan postioning dan harga XL7 dari Ertiga. “Secara positioning, XL7 ditempatkan pada posisi paling atas dari hirarki model Ertiga. Karena itu, kehadiran XL7 tidak akan mengganggu pasar Ertiga,” ungkapnya.

Ini juga diamini oleh Donny Saputra. “Segmen XL7 dan Ertiga itu agak berbeda. Di segmen Ertiga, 80 persen pembelinya merupakan first car buyer, sementara di segmen SUV itu 43 persen pembeli menggunakannya sebagai mobil tambahan atau pengganti,” paparnya sembari menambahkan bahwa Suzuki optimistis karena segmen SUV yang diusung XL7 kini sedang berkembang.

Teks: Yusran Hakim

Leave a Reply